ANCAMAN
BERDUSTA ATAS NAMA RASULULLAH SHALLALLAHU’ALAHIWASSALLAM
Penulis : Iskandar Ahmadar
Dari : Al Ustadz Abdul
Hakim bin Amir Abdat
( Kitab Al -Masaa-il Jilid
1 – Darul Qalam Jakarta Cet.ke-2 )
Dalam masalah ke-2
ini, kami tunjukkan sejumlah hadits-hadits shahih, tentang ancaman
yang sangat berat dan
adzab yang sangat mengerikan kepada para pendusta dan pemalsu
hadits atas Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Berikut beberapa
diantaranya Hadits-hadist mashyur dan shahih ( kuat ) tersebut ialah :
( Patutlah kiranya
Kita takut akan ancaman-Nya Karena ini dinukil dari Hadits Shahih yang
terpercaya kebenarannya dari
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam )
Hadits ke – 1
Dari Abi Hurairah, ia
berkata. “ Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam "
Barang
siapa yang berdusta
atasku (yakni atas namaku) dengan
sengaja, maka hendaklah ia
mengambil tempat
duduknya (yakni tempat tinggalnya) di Neraka
". (Hadits shahih dikeluarkan
oleh Imam Bukhari
(1/36) dan Muslim (1/8) dll )
Hadits ke - 2
Dari Abi Hurairah, ia
berkata. Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , "
Barang
siapa yang
membuat-buat perkataan atas (nama)ku yang (sama sekali) tidak pernah aku
ucapkan, maka
hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka ". (Hadits shahih
dikeluarkan oleh Ibnu
Majah (No. 34) dan Imam Ahmad bin Hambal (2/321))
Hadits ke - 3
Dari Salamah bin
Akwa, ia berkata. Aku telah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : "
Barangsiapa yang mengatakan atas (nama)ku apa-apa (perkataan) yang tidak
pernah aku ucapkan,
maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka ". (Hadits
shahih riwayat Imam
Bukhari (1/35) dll, hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad
(4/47)
Hadits ke - 4
Kemudian Imam Ahmad
meriwayatkan lagi (4/50) dengan lafadz.
"Tidak
seorangpun yang berkata atas (nama)ku dengan batil, atau (ia mengucapkan) apa
saja
(perkataan) yang
tidak pernah aku ucapkan, melainkan tempat duduknya di neraka ".( Sanad
ini
shahih atas
syarat Imam Bukhari dan Imam Muslim
)
Hadits ke – 5
Dari Anas bin Malik,
ia berkata. Sesungguhnya yang mencegahku menceritakan hadist yang
banyak kepada kamu,
(ialah) karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda : "
Barang siapa yang
sengaja berdusta atasku (yakni atas namaku), maka hendaklah ia mengambil
tempat duduknya di
neraka ". ( Hadits shahih dikeluarkan oleh Bukhari (1/35) dan Muslim
(1/7) ).
Hadits ke - 6
Dari Amir bin
Abdullah bin Zubair dari bapaknya (Abdullah bin Zubair), ia berkata. Aku
bertanya
kepada Zubair bin
'Awwam : " Mengapakah ak u tidak pernah mendengar engkau menceritakan
(hadits) dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana aku mendengar Ibnu Mas'ud
dan si fulan dan si
fulan..? Jawabnya : Adapun aku tidak pernah berpisah dari Rasulullah sejak
aku (masuk) Islam,
akan tetapi aku telah mendengar dari beliau satu kalimat, beliau bersabda :
"Barangsiapa
yang berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil
tempat duduknya di
neraka ". ( Hadits shahih, dikeluarkan oleh Imam Bukhari (1/35), Sunan
Abu dawud (No. 3651)
dan Ibnu Majah (No. 36 dan ini lafadznya) dll.
Dua riwayat di atas dari dua orang sahabat
besar Anas bin Malik dan Zubair bin 'Awwam,
menunjukkan betapa
sangat hati-hatinya para sahabat radliyallahu 'anhum dalam meriwayatkan
hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Hadits ke – 7
Dari Abdullah bin
Amr, ia berkata. Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda : "
Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat, dan ceritakanlah tentang Bani Israil
dan
tidak ada keberatan
(yakni berdosa), dan barangsiapa yang berdusta atas (nama) ku dengan
sengaja, maka
hendaklah ia mengambil tempat duduknya (yakni tempat tinggalnya) di neraka
".
( Hadits shahih,
dikeluarkan oleh Imam Bukhari (4/145) dan Tirmidzi (4/147 di Kitab Ilmu)
dan Ahmad (2/159),
202 & 214) dll.
Sabda Nabi SAW.
" Ceritakanlah tentang Bani Israil dan tidak ada keberatan", yakni
tidak
berdosa selama itu
baik menurut Syara'.
Berkata Imam Malik.
"Yang dikehendaki boleh menceritakan tentang mereka (Bani Israil) ialah
dari urusan yang
baik, adapun apa-apa yang telah diketahui dustanya tidak boleh". Demikian
juga keterangan Imam
Asy-Syafi'i, hampir sama. (baca Al-Fathul Bari 7/309 syarah Bukhari).
Saya (Abdul Hakim bin
Amir Abdat – Penulis ) berpandangan
:
Bahwa cerita-cerita
tentang Bani Israil itu ada tiga macam :
1. Yang telah diketahui kebenaran dan
kesahihannya oleh Syara' dari perkara-perkara yang baik.
Maka inilah yang
dimaksud dengan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas.
2. Yang telah
diketahui kebatilan dan kedustaannya oleh Syara'. Maka tidak boleh kita
ceritakan,
kecuali untuk
menjelaskan kebatilan dan dustanya.
3. Yang tidak atau
belum diketahui benar dan dustanya. Maka tidak boleh kita imani atau dustai,
dan
menceritakannya-pun tidak ada faedah sama sekali. (baca Tafsir Ibnu Katsir
1/4).
Hadits ke – 8
Dari Ali bin Abi
Thalib, ia berkata. telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
"Janganlah kamu
berdusta atas (nama)ku.! Karena, sesungguhnya barangsiapa yang berdusta atasku, maka hendak lah ia memasuki
neraka". ( Hadist shahih, riwayat
Imam Bukhari (1/35),
Imam Muslim (1/7),
Tirmidzi (4/142 Kitabul Ilmi), Ibnu Majah (No. 3) dan Ahmad )
Hadits ke – 9
Dari Mughirah (bin
Syu'bah) radliyallahu 'anhu, ia berkata, Aku telah mendengar Nabi Shallallahu
‘alaihi wa
sallam bersabda : "Sesungguhnya
berdusta atasku tidaklah sama berdusta kepada
orang lain
(selainku), maka barangsiapa yang berdusta atas (nama)ku dengan sengaja,
hendaklah ia
mengambil tempat tinggalnya di neraka ". ( Hadist shahih riwayat Imam
Bukhari
(2/81), Imam Muslim
(1/8) dan Imam Ahmad (4/252).
Hadits ke – 10
Dari Watsilah bin
Asqa', ia berkata. telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
"Sesungguhnya
dari sebesar-besar dusta adalah, seorang menda'wahkan/mengaku (berbapak)
kepada yang bukan
bapaknya (yakni menasabkan diri kepada orang lain yang bukan bapaknya),
atau (ia mengatakan)
telah diperlihatkan kepada matanya apa yang (sebenarnya) matanya tidak
pernah melihat (yakni
ia mengaku telah bermimpi dan melihat sesuatu tetapi sebenarnya
bohong).
Dalam riwayat yang
lain di jelaskan, atau (ia mengatakan), telah diperlihatkan kepada kedua
matanya dalam tidur
mimpi) apa yang tidak dilihat oleh kedua matanya (yakni ia mengaku telah
bermimpi sesuatu
padahal dusta), atau ia mengatakan atas
(nama) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam apa yang
beliau tidak pernah sabdakan". ( Hadits shahih, riwayat Imam Bukhari
(4/157) dan Imam
Ahmad (4/106) dan riwayat yang kedua, dari jalannya.)
Hadits ke – 11
Dari Abi Bakar bin
Salim dari bapaknya (yaitu Salim bin Abdullah bin Umar ) dari kakeknya (yaitu
Abdullah bin Umar),
ia berkata. Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda.
"Sesungguhnya orang yang berdusta atas (nama)ku akan dibangunkan untuknya
satu rumah di
neraka". (Hadist shahih, dikeluarkan oleh Imam Ahmad bin Hambal di
musnadnya (2/22, 103
& 144) dan sanad nya shahih atas syarat Bukahri dan Muslim )
TAKHRIJUL HADITS
Hadits "man
kadzaba a'laiya" dan yang semakna dengannya tentang ancaman berdusta atas
Rasullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, derajadnya “ MUTAWATIR “ ( hadits termashyur atau
terkenal dan di
riwayatkan hampir oleh seluruh Sahabat yang tsiqoh ) . Telah diriwayatkan oleh
berpuluh-puluh
sahabat, sehingga dikatakan sampai dua
ratus orang sahabat meriwayatkan-
nya. Dan tidak
satupun hadits mutawatir yang derajadnya lebih tinggi dari hadits "man
kadzaba
a'laiya".
(baca : Syarah Muslim
(1/68) An-Nawawi, Fathul Bari (1/213) Ibnu Hajar. Tuhfatul Ahwadziy
syarah tirmidzi
(7/418-420).
Saya (Abdul Hakim bin
Amir Abdat – penulis ) berpandangan
:
Bahwa banyaknya
sahabat yang meriwayatkan hadits di atas memberikan beberapa faedah yang
menunjukan :
Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam sering menyampaikan dan mengulang-ulang sabdanya
tersebut. Perhatian
yang besar para sahabat dalam memelihara, dan menjaga betul-betul sabda
Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan segala sesuatu yang disandarkan orang kepada beliau
Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Sehingga mereka saling berpesan dan berwasiat dan
meriwayatkan-nya sesama
mereka . Kemudian mereka menyampaikan-nya kepada Tabi'in dan
Tabi'in
menyampaikannya kepada Atba'ut Tabi'in dan seterusnya tercatat dan terpelihara
dengan
baik dan rapi di
dewan-dewan Imam-imam Sunnah. Sehingga sepanjang pemeriksaan saya -
hampir-hampir- tidak
ada satupun Imam dari Imam-imam ahli hadits melainkan meriwayatkannya
di kitab-kitab hadits
mereka. Dari Amirul Mu'minin fil hadits Al-Imam Bukhari sampai Imam Ibnul
Jauzi radiiyallahu
'anhum wa jazaahumullahu 'anil Islam khairan.
Ketinggian derajadnya dalam kesahihan dan
kemutawatirannya dan mencapai tingkat teratas dalam martabat hadits-hadits
mutawatir.
Kebesaran maknanya yang meliputi beberapa
faedah dan sejumlah qaidah dan menutup pintu
kerusakan-kerusakan
yang besar dalam Agama ini, disebabkan berdusta atas nama Nabi
Shallallahu ‘alaihi
wa sallam .
LUGHOTUL HADITS
Sabda Nabi Saw : ....palyatabawaa... = “ hendaklah ia
mengambil “
Artinya : Maka
hendaklah ia mengambil untuk dirinya satu tempat tinggal (yakni di neraka).
Dikatakan : Seorang
mengambil tempat, (yakni) apabila ia mengambilnya sebagai tempat
tinggalnya (tempat
menetap atau rumahnya). Maka sabda Nabi SAW. "Hendaklah ia mengambil
tempat tinggalnya di
neraka ". bentuk perintah yang maknanya kabar, atau bermakna
mengancam, atau
maknanya mengejek dan marah, atau mendo'akan pelakunya yakni
semoga Allah
menempatkannya di neraka ". (Al-Fath 1/211 dan syarah Muslim 1/68).
Saya berpandangan :
Bahwa tempat tinggal yang dimaksud telah dijelaskan di hadits nomor 11,
yaitu Allah SWT telah
disediakan untuknya satu rumah di neraka. Wallahu 'Alam.
SYARAH HADITS
Menurut Imam Nawawi (
rahimahullahu) hadits ini meliputi beberapa faedah dan sejumlah
qawaa'id, diantaranya
:
1. Ketetapan tentang
qa'idah dusta bagi Ahlus Sunnah. (ak an datang penjelasannya).
Sangat besar
pengharaman dusta atas nama beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan
merupakan kekejian
dan kebinasaan yang sangat besar.
2. Tidak ada
perbedaan tentang haramnya berdusta atas nama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam
baik dalam
masalah-masalah ahkam (hukum-hukum) atau bukan, seperti ; tarhib dan nasehat -
nasehat dan
lain-lain. Maka semuanya itu adalah haram dan sebesar besar dosa besar dan
seburuk-buruk
perbuatan menurut ijma' kaum muslimin.
3. Haram meriwayatkan
hadits maudlu'/palsu atas orang yang telah mengetahui
kemaudlu'annya atau
berat sangkaan bahwa hadits tersebut maudlu ( Hadits PALSU ) . Maka
barangsiapa yang
meriwayatkan satu hadits yang ia ketahui atau berat sangkaannya bahwa
hadits itu palsu dan
ia tidak menjelaskan kepalsuannya, maka ia termasuk kedalam ancaman
hadist di atas dan
tergolong orang-orang yang berdusta atas nama Rasulullah SAW.
( Diringkas dari
syarah Muslim 1/69-71 dan baca juga Al-Fath 1/210-214 & 7/310 )
Dibawah ini akan saya
jelaskan lebih luas lagi :
1.
MAKNA DUSTA
Berkata Imam Nawawi
di kitabnya Al-Adzkar (halaman 326) : " Ketahuilah ! Sesungguhnya
menurut madzhab Ahlus
Sunnah bahwa dusta itu ialah : Mengkabarkan tentang sesuatu yang
berlainan
(berbeda/menyalahi) keadaannya. Sama saja apakah engkau lakukan (dusta itu)
dengan sengaja atau
karena kebodohanmu (tidak sengaja), akan tetapi tidak berdosa kalau
karena kebodohan
(tidak sengaja) dan berdosa kalau dilakukan dengan sengaja".
(baca juga
syarah Imam Muslim 1/69).
Berkata Al-Hafidz
Ibnu Hajar di Al-Fath (1/211): Artinya : "Sesungguhnya dusta itu ialah :
Mengkabarkan tentang
sesuatu yang berlainan dengan keadaannya".
2. MAKNA BERDUSTA ATAS NAMA NABI SAW
Berdusta atas nama
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah : menyandarkan sesuatu kepada
beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam baik berupa perkataan (qaul), perbuatan (fi'il) atau taqriri
(persetujuan beliau
atas perbuatan atau perkataan sahabat) dan segala sesuatu yang
disandarkan kepada
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan cara berbohong/berdusta atas
namanya Shallallahu
‘alaihi wa sallam . Sama saja, apakah masalah-masalah hukum atau
targhib dan tarhib
dan nasehat-nasehat atau tarikh/sejarah dan lain sebagainya. Semuanya
adalah haram dan
termasuk berbohong atas nama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagaimana
penjelasan Imam Nawawi di atas (semoga Allah merahmatinya).
Hadits atau riwayat dusta itu, Ulama kita
menamakannya dengan "HADITS/RIWAYAT
MAUDLU'/PALSU"
yaitu : "Hadist yang dibuat-buat/diada-adakan/diciptakan orang secara
dusta
atas nama Nabi SAW,
baik dengan sengaja atau tidak sengaja". Tidak sengaja itu bisa dengan
sebab kebodohan atau
kekeliruan atau kesalahannya. Meskipun ia tidak secara langsung
berdusta, tetapi
tetap saja kabarnya dinamakan kabar maudlu'
(palsu/bohong).
Karena itu
hadits-hadits tidak boleh diambil dari orang-orang jahil dan bukan ahlinya dan
cacat
lainnya sebagaimana
telah diterangkan oleh Ulama-ulama ahli Hadits. (lebih lanjut bacalah
Muqaddimah Imam
Muslim di kitab sahihnya).
(Baca : Muqaddimah
Ibnu Shalah (halaman 47). Syarah Nukhbatul Fikr (halaman 80) Ibnu
Hajar, Al Wadlu' fil
Hadist (1/107), Taujihunnadazar ila Ushulil A-tsar (halaman 252).
3. HUKUMNYA
Hadits-hadits diatas
[tulisan kami bagian pertama] merupakan ancaman yang sangat berat dan
mengerikan sekali
terhadap para pemalsu dan pendusta-pendusta besar atas nama Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Untuk mereka Allah Jalla Jalaa Luhu telah menyediakan tempat
tinggal berupa satu
rumah di neraka , yang disitu mereka akan diadzab dengan adzab yang
besar.
Hal ini disebabkan
karena :
1. Bahwa berdusta atas nama Rasullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah sebesar-besar
dusta yang pernah
dilakukan oleh manusia, sesudah berdusta atas nama Allah Jalla
Jalaa Luhu, bahkan
berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sama
dengan berdusta atas
nama Allah Jalla wa'ala.
2. Berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak sama dengan berdusta
kepada orang lain
(selain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ), kalau berdusta kepada
orang lain telah
berdosa (dosa besar menurut Ulama), maka bagaimana pandanganmu terhadap orang
yang berbohong atas nama "seseorang" yang perkataan dan perbuatannya
menjadi syariat dan
diikuti oleh manusia ..? Dengan sendirinya si pendusta ini telah
membuat syariat baru
yang bukan syariat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam meskipun
memakai nama beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Kemudian kebohongannya itu tersebar
di permukaan bumi dan
terus berkelanjutan yang diturut banyak manusia sampai hari qiamat.
Dengan demikian
terjadilah kerusakan yang sangat besar pada Agama dan dunia seperti
timbulnya
ajaran-ajaran syirik, khurafat -khurafat dan bid'ah-bid'ah,dsb. Oleh karena
kerusakannya demikian
besar, maka Ulama-ulama kita telah berselisih pandangan dalam
menghukuminya,
menjadi dua madzhab :
Pendapat Pertama :
Tidak mengkafirkannya, tetapi pelakunya telah mengerjakan sebesar -besar
dosa besar dan
seburuk -buruk perbuatan. Demikian pendapat jumhur menurut Imam Nawawi.
Pendapat Kedua :
Tegas-tegas mengkafirkan orang-orang yang berdusta dengan sengaja dan
mengetahui
kedustaannya atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Telah berkata Imam Ibnu
Katsir : "Sebagian
Ulama ada yang mengkafirkan orang yang sengaja dusta dalam hadits Nabi
dan diantara mereka
ada yang mewajibkan harus dibunuh". (Ikhtisar Ulumul Hadits : 102).
Sebagian Ulama
tersebut ialah Imam Al Juwaini (bapaknya
Imam Haramaian). Demikian
keterangan Nawawi di
syarah Muslim (1/69) dan Al-Hafidz Ibnu Hajar di Fath (91/212-213 &
7/310), kemudian
Syaikh Ahmad Syakir dalam syarahnya atas kitab Ibnu Katsir (halaman 79).
Dan kelihatannya Imam
Ibnu Abdil Bar condong berpendapat mengkafirkannya. Demikian
menurut Ibnu Hajar.
Pandangan Imam Al Juwaini yang sangat tegas mengkafirkannya dan beliau
nyatakan terus
menerus di majelis-majelisnya telah dibantah dan dilemahkan oleh anaknya
sendiri yaitu Imam
Haramain, kemudian Imam Nawawi dan kelihatannya Ibnu Hajar pun condong
melemahkannya. Tetapi
menurut Syaikh Ahmad Syakir (seorang Ulama Ahli Hadits besar pada
abad ini) bahwa
pendapat Imam Juwaini itulah yang benar. Wallahu a'lam.
Kemudian Ulama-ulama
kita pun berselisih pendapat dalam menerima kembali riwayat -riwayat
orang yang telah
taubat dari memalsukan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Apakah diterima
kembali atau ditolak selama-lamanya ?
Dalam masalah inipun terdapat dua madzhab :
Madzhab Pertama :
Tidak diterima dan ditolak selama-lamanya meskipun ia telah taubat dengan
taubat yang shahih.
Demikian madzhab (pendapat) Imam Ahmad bin Hambal dan Ulama-ulama
besar yang sefaham
dengan beliau.
Madzhab Kedua :
Diterima riwayatnya apabila ia telah taubat dengan taubat yang shahih. Dan
Imam Nawawi telah
membantah faham di atas (madzhab Imam Ahmad) dengan beberapa hujjah.
(baca : Syarah
Muslim/69).
Menurut tahqik Syaikh
Ahmad Syakir yang rajih (kuat) ialah pendapat Imam Ahmad bin Hambal
dan Ulama-ulama yang
sefaham dengannya, sebagai peringatan dan ancaman yang sangat
keras berdusta atas
nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , karena kerusakannya
sangat besar dan akan
menjadi syariat yang terus menerus sampai hari qiamat. Berbeda
dengan dusta kepada
selainnya dan saksi (palsu), karena kerusakan keduanya terbatas dan
tidak umum. Maka
tidak dapat dikiaskan/diibaratkan berdusta dalam meriwayatkan hadits dengan
berdusta dalam saksi
dan macam-macam maksiat yang lain. Wallahu a'lam.
(baca : Ikhtisar Ibnu
Katsir halaman 101-102).
4.
SEBAB-SEBAB TERJADINYA PEMALSUAN HADITS
Adapun sebab-sebab
yang membawa para pendusta untuk memalsukan hadits-hadits atas nama
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam banyak sekali,
diantaranya :
A.
Kaum Zindiq
Yakni mereka yang
berpura-pura Islam tetapi sesungguhnya mereka adalah kafir dan munafiq
yang sebenarnya.
Mereka adalah kaum yang sangat hasad dan benci terhadap Islam dan
bertujuan merusak
Agama ini dari dalamnya dengan berbagai macam cara. Diantaranya
membuat hadits-hadits
palsu banyak sekali. Lalu mereka tampil ditengah-tengah umat menyerupai Ulama,
kemudian mereka sebarkan hadits-hadits buatan mereka dengan memakai
nama Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam . Tujuan mereka tidak lain untuk merusak syariat dan mempermainkan
Agama Allah sekaligus menanamkan keraguan (tashqik) di hati kaum Muslimin khususnya
masyarakat awam . Berkata Hammad bin Zaid seorang Atba'ut
Tabi'in besar wafat tahun 190 H. Artinya
: "Kaum Zindiq telah memalsukan (hadits) atas (nama) Rasulullah SAW
sebanyak empat belas ribu hadits ( 14 RIBU Hadits ) ". Ketika
Abdul Karim bin Abi "Awjaa', salah seorang zindiq ditangkap dan akan
dipenggal kepalanya oleh Muhammad bin Sulaiman Al-Abbaasiy (seorang pemimpin
Basrah pada zaman khilafah Al-Mahdi, pada tahun 160 lebih), maka tatkala Abdul
Karim telah yakin akan dibunuh, ia berkata :
"Demi Allah ?
Sesungguhnya aku telah memalsuk an pada kamu sebanyak empat ribu hadits
palsu, aku haramkan
padanya yang halal dan aku telah halalkan (perkara) yang haram".
Demikian juga
Muhammad bin Said Asy-Syamiy Al-Maslub (yang mati disalib karena zindiqnya
oleh Abu Ja'far
Al-Manshur). Zindiq yang satu inipun telah memalsukan hadits sebanyak empat
ribu hadits. Telah
berkata Imam Nasa'i di akhir kitabnya "Adl-Dlua'afa' wal Matrukiin"
(halaman
310) : "Para
pendusta yang terkenal telah memalsukan hadits Rasulullah SAW, ada empat orang
: Ibnu Abi Yahya di
Madinah, Al-Waqidiy di Baghdad, Muqotil bin Sulaiman di Al-Khurasan
dan Muhammad bin Said
di Syam yang terkenal dengan (sebutan) Al-Mashlub (orang yang
mati di salib).
Saya berpandangan :
Bahwa sepanjang penelitian saya hadits-hadits yang dipalsukan kaum
zindiq itu terbagi
kepada beberapa bagian :
? Hadits-hadits palsu yang mengajak dan
mengajarkan kepada syirik dengan macam-
macam cabangnya.
? Hadits-hadits palsu tentang bid'ah-bid'ah
Agama dengan segala tingkatannya.
? Hadits-hadits palsu yang menganjurkan kepada
maksiat -maksiat .
? Hadits-hadits palsu yang memperbodoh dan
melemahkan umat terutama tentang jihad fi-sabilillah.
? Hadits-hadits palsu yang merusak akal, adab
dan pergaulan, dll.
B.
Satu Kaum yang memalsukan Hadits karena mengikuti hawa nafsu
Mereka mengajak
manusia mengikutinya untuk menyalahi Al-Kitab dan As-Sunnah. Seperti :
Ta'ashub madzhabiyah,
golongan/firqahnya, fahamnya, berlebihan terhadap Imam-imamnya,
karena jenisnya,
qabilah/sukunya, negerinya atau lughohnya/ bahasanya dan lain sebagainya. Berkata Abdullah bin Yazid Al-Muqriy (seorang
Atba'ut Tabi'in besar gurunya Imam Malik, wafat tahun 148 H),
"Sesungguhnya ada seorang laki-laki dari ahli bid'ah (yang dimaksud bid'ah
aqidah) yang telah ruju' (kembali sadar) dari bid'ahnya, ia berkata : "Perhatikanlah hadits itu dari siapa
kamu mengambilnya ! Karena sesunggunya kami dahulu apabila berpendapat dengan
satu pendapat, maka kami jadikan ia (pendapat kami itu) sebagai satu hadits
(yakni kami palsukan menjadi hadits)".
Berkata Abdullah bin Lahai'ah (wafat tahun 174H): "Aku telah
mendengar seorang syaikh dari Khawarij yang telah taubat dan ruju' , ia berkata
: " Sesungguhnya hadits-hadits ini
adalah Agama, maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agama kamu.! Karena
sesungguhnya kami dahulu apabila condong kepada satu urusan (maksudnya faham
yang setuju dengan bid'ahnya) niscaya kami jadikan ia sebagai satu hadits (kami
palsukan menjadi hadits) ". Berkata Hammad bin Salamah (Atba'ut Tabi'in
wafat 167 H): "Telah mengabarkan kepadaku seorang syaikh dari Rafidhah
(Syi'ah), sesungguhnya mereka berkumpul (sepakat) untuk memalsukan
hadits-hadits"
C.
Satu kaum yang memalsukan hadits-hadits untuk tujuan yang baik
menurut persangkaan mereka Mereka
buat hadits-hadits palsu tentang targhib dan tarhib dan nasehat-nasehat dan
lain-lain. Mereka tidak merasa keberatan bahkan membolehkan dengan mengharap
ganjaran dari Allah Jalla Jalaa Luhu .!? Kemudian mereka berkata. Kami tidak
berdusta untuk merusak (nama atau Syari'at) Nabi SAW tetapi untuk kebaikan
beliau SAW..!? Hujjah mereka di atas
menurut Ibnu Katsir menunjukkan sempurnanya kebodohan mereka, sedikitnya akal
mereka, banyaknya dosa dan kebohongan mereka, karena Nabi SAW tidak butuh kepada
orang lain untuk kesempurnaan syariat dan keutamaannya. Mereka itu kaum yang menyandarkan
diri mereka kepada zuhud dan sufi.
D.
Qash-shaas (Tukang-tukang cerita)
Mereka yang
memalsukan hadits-hadits dalam cerita-cerita mereka, untuk mencari uang dan supaya
orang-orang awam (umum) takjub (terkesima).
E. Satu kaum yang membolehkan
memalsukan hadits untuk setiap perkataan yang baik
F. Satu kaum yang memalsukan hadits
untuk kepuasan hawa nafsu para penguasa dan
mendekatkan diri kepada mereka
G. Satu kaum yang memalsukan hadits
pada waktu-waktu yang diperlukan
Seperti untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan, membela faham/pendapat , mencela atau marah
kepada seseorang dan
lain sebagainya. [Baca : Al-Madkhal
(halaman 51-59) Imam Hakim. Adl-Dlua'afaa' 91/62-66 & 85) Ibnu Hibban.
Al-Maudlu'at (1/37-47) Ibnul Jauzi. Maj'mu Fatawa (18/46) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Ikhtisar Ibnu Katsir (halaman 78-88). Syarah Nukhbatul Fikr (halaman 84-85). Mizanul
I'tidal (2/644) Adz-Dzahabi].
5.
PERKATAAN/LAFADZ-LAFADZ/YANG MEREKA GUNAKAN
Para pendusta itu
dalam memalsukan hadits menggunakan beberapa perkataan, diantaranya : Mereka susun perkataan sendiri, lalu mereka
sandarkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Atau
mereka ambil perkataan-perkataan ahli hikmah, orang-orang shalih, atau cerita
-cerita Israiliyat dan lain-lain. Atau
Hadits yang dlo'if sanadnya, kemudian mereka susun dan hiasi (yakni mereka
palsukan) menjadi shahih sanadnya.
[Baca : Mukaddimah
Ibnu Shalah (halaman 47), Syarah Nuhbatul Fikr (halaman 83) Ibnu Hajar].
6.
CIRI-CIRI/TANDA-TANDA HADITS MAUDLU'
Simak , diantara
tanda-tanda bahwa hadits itu maudlu'/palsu, ialah :
? Pengakuan dari pemalsu itu sendiri, seperti
beberapa contoh diatas (baca juga Al-
Madkhal (halaman 53)
Imam Hakim).
? Terdapat keganjilan dan rusak maknanya.
? Bertentangan dengan apa yang telah tsabit
dari Al-Kitab dan As-Sunnah, dll.
[Baca : Ikhtisar Ibnu
Katsir dengan syarah Syaikh Ahmad Syakir (halaman 78) dan masalah
ini telah dibahas
dengan luas oleh Imam Ibnul Qoyim di kitabnya 'Al -Manaarul Munif Fish Shahih
Wadlo'if] Tidaklah mudah untuk
mengetahui hadits itu maudlu', dan bukan sembarang orang yang dapat menentukannya,
kecuali Imam-imam ahli Hadits dan ulama-ulama yang mahir dan luas
pengetahuannya
tentang Sunnah. Memiliki kemampuan yang khusus tentang Sunnah/Hadits, Jarh dan
Ta'dil serta Tarikh Rawi dan lainnya yang berhubungan dengan Ilmu Hadits yang
mulia ini.Adapun mereka yang tidak punya ilmu hadits yang mulia ini (As-Sunnah/Hadits),
mereka hanya mendlo'ifkan atau menentukan hadits maudlu' karena hawa nafsu dan
ra'yu-ra'yu mereka yang bathil dan menyalahi Al-Kitab dan As-Sunnah, mereka
yang sehari-hari menggugat Sunnah yangshahih, maka mereka yang zhalim,
penentang-penentang sunnah shahihah ini, sama sekali perkataannya tidak boleh
didengar dan wajib ditentang dan dibuka kelemahan mereka dan memberikan
penjelasan kepada umat akan tipu daya mereka yang sangat berbahaya.
7.
PEMELIHARAAN TERHADAP HADITS/SUNNAH
Meskipun
hadits-hadits itu telah banyak dipalsukan orang dan tidak sedikit hadits-hadits
shahih didustakan, ditolak dan digugat, tetapi Allah Azaa wa Jalla tetap
memelihara dan menjaganya, karena Ia telah berfirman dalam Kitab – Nya yang suci :
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan
peringatan ini (Al-Qur'an), dan sesungguhnya
Kamilah yang akan
menjaganya". (QS : Al-Hijr : 9).
Sewaktu Abdullah bin
Mubarak (seorang Imam Mujahid besar dari Thabaqah Atba'ut Tabi'in, wafat tahun
181 H) ditanya tentang hadits-hadits maudlu' beliau menjawab bahwa nanti akan hidup
orang-orang yang ahli dalam hadits yang akan membela (menjaga dan
mempertahankan-nya), kemudian beliau membaca firman Allah di atas. Pemeliharaan terhadap Hadits/Sunnah itu
dimulai dari Thabaqah pertama, yaitu
para Shahabat Radliyallahu 'Anhum. Thabaqah
kedua dan ketiga yaitu : Tabi'in dan Atba'ut Tabi'in, kemudian datang Thabaqah keempat dan seterusnya. Maka
bangkitlah Imam-imam Sunnah yang telah menyediakan hidup dan umur mereka untuk
membela Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Mereka itulah Salafus Shalih dan Tha'ifah
Manshurah yang selalu akan ada dalam umat ini.
Jazaahumullahu 'Anil Islam
Khairan. ( Al Ustadz Abdul Hakim bin
Amir Abdat)
Kitab Al-Masaa-il Jilid 1
By : Iskandar Ahmad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar